Profil Sudono Salim (Liem Sioe Liong
Sahabat Blogger,
sebelumnya sudah pernah saya posting tentang beberapa perusahaan besar di
Indonesia. Salah satu diantaranya adalah PT. Indofood. Tahukah sahabat pemilik
atau yang empunya PT. Indofood tersebut, apakah orang Indonesia, ataukah orang
asing yang tinggal di Indonesia? Kali ini saya akan membahas siapa pemilik dari
perusahaan yang bergerak di bidang atau industri makanan dan minuman ini. Bagi
sahabat yang sudah mengetahui, pastinya sudah tidak asing lagi dengan yang
namanya Sudono Salim atau dengan
nama lain Liem Sioe Liong
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari media online Merdeka.com pengusaha Sudono
Salim, yang bernama asli Liem Sioe Liong, sempat menduduki peringkat
pertama sebagai orang terkaya di Indonesia dan Asia. Bahkan, konglomerat yang
dikenal dekat dengan mantan Presiden Soeharto, ini sempat masuk daftar jajaran
100 terkaya dunia. Walaupun kadang kala dia masih datang ke Indonesia, tapi
hampir tidak pernah lama. Semua bisnisnya di Indonesia dikendalikan oleh
anaknya Anthony Salim. Di bawah kendali Anthony Salim, belakangan kerajaan
bisnisnya bangkit kembali dan tak mustahil akan kembali menjadi terkuat di
Indonesia.
Pada tahun 1969, Sudono bersama Sudwikatmono, Djuhar Sutanto dan Ibrahim Risjad, yang belakangan disebut sebagai The Gang of Four, mendirikan CV Waringin Kentjana. Sudono sebagai chairman dan Sudwikatmono sebagai CEO. Perusahaan ini bergerak di bidang perdagangan, ekspor kopi, lada, karet, tengkawang dan kopra serta mengimpor gula dan beras. The Gang of Four ini kemudian tahun 1970 mendirikan pabrik tepung terigu PT Bogasari dengan modal pinjaman dari pemerintah. Ketika pertama berdiri, PT Bogasari berkantor di Jalan Asemka, Jakarta dengan kantor hanya seluas 100 meter.
Kemudian tahun 1975 kelompok ini mendirikan pabrik semen PT Indocement Tunggal Perkasa. Pabrik ini melejit bahkan nyaris memonopoli semen di Indonesia. Sehingga kelompok ini sempat digelari Tycoon of Cement. Setelah itu, The Gang of Four ditambah Ciputra mendirikan perusahaan real estate PT Metropolitan Development, yang membangun perumahan mewah Pondok Indah dan Kota mMandiri Bumi Serpor Damai.
Selain itu, dia juga mendirikan kerajaan bisnis bidang otomotif di bawah bendera PT Indomobil. Bahkan merambah ke bidang perbankan dengan mendirikan Bank Central Asia (BCA) bersama Mochtar Riyadi. Belakangan Mochtar Riady membangun Lippo Bank.
Setelah krisis ekonomi dan reformasi politik, kekayaannya menurun. Ayah empat anak ini pun memilih lebih lama tinggal di Singapura, setelah rumahnya Gunung Sahari Jakarta dijarah dan diobrak-abrik massa reformasi. Kerusuhan reformasi 13-14 Mei 1998, itu tampaknya membuat Sudono trauma tinggal di Indonesia. Tak hanya itu, pada saat krisis moneter 1998, bisnis Grup Salim jatuh. Saat itu, Sudono harus menyerahkan sekitar 108 perusahaan kepada pemerintah guna membayar utang Rp52,7 triliun.
Salim meninggal dunia dalam usia 95 tahun setelah mengalami sakit akibat usia yang tak lagi muda. Beliau dimakamkan di Singapura. Usahanya diteruskan anaknya yakni Anthony Salim dan menantunya Franciscus Welirang.
Riset dan analisis oleh Vizcardine Audinovic
Pada tahun 1969, Sudono bersama Sudwikatmono, Djuhar Sutanto dan Ibrahim Risjad, yang belakangan disebut sebagai The Gang of Four, mendirikan CV Waringin Kentjana. Sudono sebagai chairman dan Sudwikatmono sebagai CEO. Perusahaan ini bergerak di bidang perdagangan, ekspor kopi, lada, karet, tengkawang dan kopra serta mengimpor gula dan beras. The Gang of Four ini kemudian tahun 1970 mendirikan pabrik tepung terigu PT Bogasari dengan modal pinjaman dari pemerintah. Ketika pertama berdiri, PT Bogasari berkantor di Jalan Asemka, Jakarta dengan kantor hanya seluas 100 meter.
Kemudian tahun 1975 kelompok ini mendirikan pabrik semen PT Indocement Tunggal Perkasa. Pabrik ini melejit bahkan nyaris memonopoli semen di Indonesia. Sehingga kelompok ini sempat digelari Tycoon of Cement. Setelah itu, The Gang of Four ditambah Ciputra mendirikan perusahaan real estate PT Metropolitan Development, yang membangun perumahan mewah Pondok Indah dan Kota mMandiri Bumi Serpor Damai.
Selain itu, dia juga mendirikan kerajaan bisnis bidang otomotif di bawah bendera PT Indomobil. Bahkan merambah ke bidang perbankan dengan mendirikan Bank Central Asia (BCA) bersama Mochtar Riyadi. Belakangan Mochtar Riady membangun Lippo Bank.
Setelah krisis ekonomi dan reformasi politik, kekayaannya menurun. Ayah empat anak ini pun memilih lebih lama tinggal di Singapura, setelah rumahnya Gunung Sahari Jakarta dijarah dan diobrak-abrik massa reformasi. Kerusuhan reformasi 13-14 Mei 1998, itu tampaknya membuat Sudono trauma tinggal di Indonesia. Tak hanya itu, pada saat krisis moneter 1998, bisnis Grup Salim jatuh. Saat itu, Sudono harus menyerahkan sekitar 108 perusahaan kepada pemerintah guna membayar utang Rp52,7 triliun.
Salim meninggal dunia dalam usia 95 tahun setelah mengalami sakit akibat usia yang tak lagi muda. Beliau dimakamkan di Singapura. Usahanya diteruskan anaknya yakni Anthony Salim dan menantunya Franciscus Welirang.
Riset dan analisis oleh Vizcardine Audinovic
0 Response to "Profil Sudono Salim (Liem Sioe Liong"
Post a Comment