Semakin Berkurangnya Lahan Bagi Penyerapan Air
Adanya
kebutuhan ekonomi menjadi salah satu penyebab utama manusia terdorong untuk
mengubah lahan hijau menjadi ruang terbuka, yang pada akhirnya akan diubah
menjadi komplek perumahan atau daerah industri. Hanya demi lembaran kertas
Rupiah, tanah yang dulu banyak pepohonan sekarang beralih fungsi menjadi
komplek perumahan seperti di daerah tempat tinggal saya..
Dengan dalih
modernisasi dan percepatan pembangunan , pihak-pihak berwenangpun seakan-akan
melegalkan hal yang seperti demikian, apalagi kalo ditambah “pelicin” pasti cepat proses “acc” nya.
melegalkan hal yang seperti demikian, apalagi kalo ditambah “pelicin” pasti cepat proses “acc” nya.
Peristiwa diatas hampir terjadi diberbagai wilayah yang pada umumnya masih bisa menjadi wilayah yang banyak menyerap air ketika waktu hujan dan bisa menyimpannya ketika kemarau. Contohnya: daerah Lembang – Pangalengan – Ciwidey – Dago (Bandung), Samarang – Cisurupan – Cilawu – Bayongbong (Garut), termasuk daerah saya (Kp. Cimasuk, Ds. Suci, Kec. Karangpawitan ) dan banyak juga daerah resapan lainnya yang ga bisa disebutin satu persatu. Semenjak saya sedang kuliah di Bandung suasana di kampung sudah berubah, yang tadinya lahan hijau & tempat bermain, sekarang sudah jadi komplek perumahan dan industi pengolahan kulit. Ketika pulang, kaget.. Dalam hati bertanya, kenapa pohon-pohon banyak di tebang? Ketika saya tanya kepada orang-orang di rumah ternyata mau dibangun perumahan. Padahal sayang sekali kalau diubah menjadi perumahan. Dalam hati bergumam "kalo saya punya uang pasti saya beli tanah ini supaya pohon-pohon ini jangan ditebang" Tapi, apa mau dikata toh saya ga punya uang jadi mau ga mau mesti seperti itu. Wah, memang bener yang namanya nafsu kalo ga bisa di tahan gitu dech. Ini bagian dari akibat sifat dan ulah manusia yang serakah, seolah-olah tiada hentinya pembangunan yang demikian tanpa memperhatikan kondisi lingkungan.
Dampak yang
diakibatkan oleh hal kegiatan diatas sangatlah terasa hingga sekarang oleh masyarakat sekitar (termasuk saya),diantaranya dimulai dari cuaca yang tidak sejuk lagi, volume
sampah yang semakin banyak, air yang semakin kering ketika musim kemarau,
hingga menyebabkan banjir pada musim hujan.
1. Cuaca
Panas
Penebangan
pohon-pohon yang dilakukan untuk membuka lahan terbuka baru secara otomatis
akan menghilangkan fungsi pohon sebagai penyerap panas. Sedangkan pohon sangat
memerlukan sinar matahari untuk pertumbuhan si pohon tersebut. Jadi semakin
jelas sinar matahari akan langsung memancar kearah kita, karena tidak adanya
pohon. Bahkan dengan tidak adanya pohon akan menyebabkan banjir secara tidak
langsung, dikarenakan air hujan yang turun tidak terserap oleh pohon. Makanya jangan
menyalahkan peristiwa alam atau gejala alam, evaluasi diri mengapa musibah itu sering terjadi.
2. Volume
Sampah yang Meningkat
Masalah inilah
yang kiranya sulit dihilangkan seandainya masyarakat tidak berbenah diri. Dulu sebelum
adanya perumahan, volume sampah tidak terlalu banyak dan masih bisa diatur. Sekarang
minta ampun deh, dari sampah rumah tangga hingga sampah industri numpuk tidak
beraturan. Hal ini disebabkan oleh salah
satunya adalah pengelolaan sampah yang tidak teratur. Kemudian bertambahnya jumlah penduduk.Otomatis, jika jumlah
penduduk meningkat sampahpun meningkat pula. Parahnya dari pihak perumahan
tidak menambah petugas pengangkut sampah, makanya kewalahan dech saat
mengangkut sampah yang menumpuk.
3. Kekeringan
air pada saat kemarau
Nah itu yang
sangat terasa oleh saya, apalagi masyarakat sekitar. Seiring dengan adanya
berubahnya fungsi lahan, maka kekeringan pun melanda di daerah kami. Ketika musim
hujan, air hanya mengalir saja melalui selokan. Jadi air yang turun mubazir
aja, cuman numpang lewat doank. Jelas saja pohon sebagai penyerap air udh pada
ditebangin, trus ditambah pula jalan-jalannya udh pada diaspal sama dibeton. Mungkin tidak hanya di daerah saya saja, di daerah lain pun kemungkinan juga sama. Nah
mulai dari sekarang para “developer” dan pihak-pihak yang terkait harus
mempertimbangkan masalah ini sebelum melakukan pembangunan.
4. Banjir
Banjir disebabkan
meluapnya air yang berada disungai karena tidak bisa menampung debit air yang
semakin bertambah. Apalagi kalau hujannya setiap hari, sudah barang tentu kita
harus selalu berbenah membersihkan kotoran bekas banjir setiap hari juga. Fenomena
ini yang sekarang menimpa pada wilayah Jakarta. Di pemberitaan, baik melalui
media cetak ataupun elektronik lagi hangat-hangatnya mengupas dan menyotoroti
masalah banjir. Sudah jelas memang Jakarta adalah wilayah yang rawan banjir. Apalagi
daerah resapannya sudah mulai berkurang bahkan hampir tidak ada sama sekali. Semua
sudah terpenuhi sama yang namanya gedung-gedung baik industri, perumahan,
hotel, apartemen maupun perkantoran. Jadi sudah barang tentu ketika musim
hujan, sungai-sungai yang ada disana tidak dapat menampung debit air yang
selalu meningkat. Parahnya lagi sungai-sungainya banyak dipenuhi sampah. Semakin
kompleks deh masalahnya. Maka dari itu keseimbangan alam mesti dijaga, dan
memang harus diperhatikan.
Itulah sekedar
argument yang dituangkan ke dalam tulisan saya mengenai lahan penyerapan air yang berkurang. Memang
seperti hal yang sederhana bahkan mungkin sepele, tapi menurut saya itu
merupakan bagian terpenting dalam kehidupan. Karena kita seharusnya dan
selayaknya menjaga kelestarian / keseimbangan alam dan lingkungan kita. Mengapa
itu dilakukan? Karena apa yang dilakukan kita terhadap alam atau lingkungan
akan kembali lagi hasilnya kepada kita. Apapun musibah yang menimpa kita,
seperti longsor, banjir, kebakaran, dan kekeringan air itulah yang seharusnya
menjadi bahan introspeksi diri. Apakah kita sebagai manusia sudah melakukan
perbuatan yang baik atau sebaliknya kita sudah serakah bahkan sudah melakukan
perbuatan yang mengarah pada kerusakan? Hanyalah kita sendiri yang paling
mengetahui jawabannya.
0 Response to "Semakin Berkurangnya Lahan Bagi Penyerapan Air"
Post a Comment