Sahabat Blogger, saya punya cerita
yang layak untuk dibaca dan dihayati dengan seksama. Cerita ini saya ambil dari
status akun seseorang di facebook. Bagi saya cerita itu wajib disampaikan
bahkan dishare sesering mungkin, selama itu baik untuk di bagikan pada khalayak
luas. Cerita tersebut menegaskan kepada kita bahwa hidup itu harus selalu penuh
dengan rasa syukur atas nikmat Allah yang diberikan kepada kita. Karena dengan
syukur itu, selain sebagai tanda rasa terimakasih kita pada Allah, namun juga
dengan syukur kita lebih tenang dalam menjalani kehidupan. Baik, langsung simak
saja kisah selengkapnya dibawah ini.
Malam-malam dapat tulisan kayak gini,
rasanya seperti ditampol bolak-balik Jakarta-Beijing nggak bales. Kena banget.
Memang benar, rejeki dari Alloh itu pasti cukup buat hidup, tapi tak akan cukup
buat gaya hidup.
Alhamdulillah dapat istri yang selalu mengingatkan saya, "rejeki sudah ada
yang atur, yang penting jangan pernah berhenti berdoa dan berusaha"
Aahhh istriku, aku jadi semakin sayang sama kamu.
---------------------------------------------------------------------------------
KAMU SUDAH KAYA? ATAU MASIH MISKIN?
Kenalan saya seorang perencana
keuangan di Jakarta punya banyak klien dari kalangan artis, dia cerita waktu
itu pernah dicurhati seorang artis yang tiap hari nongol di tv, terkenal
dimana-mana, tapi buat bayar cicilan mobil 5 juta saja tidak punya.. Gaya hidup
akhirnya meremukkan hidupnya.
Saya pernah kenal seorang presenter TV
nasional, kalo sedang tampil rapi pakai jas rapi sekali, hanya sekali ketemu di
seminar, dia minta nomer HP. Sebulan kemudian dia SMS..
"Mas, saya pinjam uangnya 1 juta bisa? Minggu depan saya
kembalikan.."
Walaaah..
Tahun 2009 malah ada vokalis band
terkenal, saya kenal sejak 2003 ketika dulu masih kerja di EO sering saya
ketemu waktu saya jadi stage manager. Lagunya ngehits di semua radio, satu sore
ngajak ketemu.. Ujung-ujungnya pinjam uang dengan alasan ini itu.. Dan sampai
hari ini tidak pernah dikembalikan hingga tahun-tahun berlalu..
Kisah Ustad Luqmanul Hakim gak kalah
unik, waktu masih kuliah S2 di Malaysia dia diundang makan di sebuah restoran
mewah oleh salah satu kawannya. Ustad Luqman bahkan diminta memindahkan
parkiran motor bututnya agar tidak menggangu pemandangan di halaman depannya.
Usai makan, kawannya justru curhat dan minta nasehat, sambil menunjuk mobil
mewah di halaman depan yang sudah 6 bulan cicilannya belum terbayar..
Betul kan, rejeki dari Allah itu PASTI
CUKUP untuk hidup, tapi TAK AKAN CUKUP untuk gaya hidup..
Kisah nyata sebaliknya dari Ustad
Luqman,
Seorang ibu tua dengan kain jarik datang ke sebuah masjid usai jumatan, panitia
dan takmir sedang berkumpul sambil duduk menghitung uang hasil infak jamaah
hari itu. Ketika ibu itu datang dengan baju sangat biasa dan berkain jarik,
salah seorang dari mereka berdiri, mendekati ibu itu sambil berkata, "maaf
bu, disini tidak menerima sumbangan.."
Ibu itu membuka lipatan kain jariknya, mengeluarkan uang berwarna merah, biru,
merah, biru, merah, biru.. berlembar-lembar banyaknya, sambil berkata
"Maaf nak, saya mau ikut bersedekah untuk pembangunan masjid ini.. Ini
uangnya mohon diterima.." Seketika para takmir itu menunduk, tak ada yang
berani memandang wajah ibu itu.. Salah tingkah dan menahan malu...
----------
Tulisan dari Ustad Salim A. Fillah ini juga menarik, menahan nafas membacanya..
Tertulis dalam bukunya "Barakallahu Laka, Bahagianya Merayakan Cinta"
"Suatu malam, Ustadz Muhammad
Nazhif Masykur berkunjung ke rumah. Setelah membicarakan beberapa hal, beliau
bercerita tentang tukang becak di sebuah kota di Jawa Timur"
Ustadz Salim melanjutkan, “Ini baru
cerita, kata saya. Yang saya catat adalah, pernyataan misi hidup tukang becak
itu, yakni:
(1) jangan pernah menyakiti
(2) hati-hati memberi makan istri."
“Antum pasti tanya,” kembali Salim
melanjutkan ceritanya sembari menirukan kata-kata Ustadz Muhammad.
"Tukang becak macam apakah ini, sehingga punya mission statement
segala?".
Saya juga takjub dan berulang kali berseru, “Subhanallah,” mendengar kisah
hidup bapak berusia 55 tahun ini.
Tukang becak ini Hafidz Qira’at
Sab’ah! Beliau menghafal Al-qur’an lengkap dengan tujuh lagu qira’at seperti
saat ia diturunkan: qira’at Imam Hafsh, Imam Warasy, dan lainnya.
Dua kalimat itu sederhana. Tetapi bayangkanlah sulitnya mewujudkan hal itu bagi
kita.
Jangan pernah menyakiti. Dalam tafsir
beliau di antaranya adalah soal tarif becaknya.
Jangan sampai ada yang menawar, karena menawar menunjukkan ketidakrelaan dan
ketersakitan.
Misalnya ada yang berkata, “Pak,
terminal Rp 5.000 ya." Lalu dijawab,“Waduh, enggak bisa, Rp 7.000
Mbak." Itu namanya sudah menyakiti. Makanya, beliau tak pernah pasang
tarif.
“Pak, terminal Rp 5.000 ya.” Jawabnya pasti OK. “Pak, terminal Rp 3.000
ya."
Jawabnya juga OK. Bahkan kalau,“Pak, terminal Rp 1.000 ya.” Jawabnya juga sama,
OK.
Gusti Allah, manusia macam apa ini!
Kalimat kedua, hati-hati memberi makan
istri. Artinya, sang istri hanya akan makan dari keringat dan becak tuanya.
Rumahnya berdinding gedek. Istrinya berjualan gorengan. Stop! Jangan dikira
beliau tidak bisa mengambil yang lebih dari itu. Harap tahu, putra beliau dua
orang. Hafidz Al-qur’an semua.
Salah satunya sudah menjadi dosen
terkenal di perguruan tinggi negeri (PTN) terkemuka di Jakarta. Adiknya, tak
kalah sukses. Pejabat strategis di pemerintah. Uniknya, saat pulang, anak-anak
sukses ini tak berani berpenampilan mewah. Mobil ditinggal beberapa blok dari
rumah. Semua aksesoris, seperti arloji dan handphone dilucuti. Bahkan, baju
parlente diganti kaus oblong dan celana sederhana.
Ini adab, tata krama.
Sudah berulang kali sang putra mencoba
meminta bapak dan ibunya ikut ke Jakarta. Tetapi tidak pernah tersampaikan.
Setiap kali akan bicara serasa tercekat di tenggorokan, lalu mereka hanya bisa
menangis.
Menangis. Sang bapak selalu bercerita
tentang kebahagiaannya, dan dia mempersilakan putra-putranya menikmati
kebahagiaan mereka sendiri.
Ustadz Salim melanjutkan, “Waktu saya
ceritakan ini pada istri di Gedung Bedah Sentral RSUP Dr. Sardjito keesokan
harinya, kami menangis.
Ada banyak kekasih Allah yang tak kita
kenal."
Ah, benar sekali: banyak kekasih Allah dan "manusia langit" yang
tidak kita kenal.
Oleh:
Ustadz Salim A.Fillah
-------------
Kawanku.. Hari terus berganti, matahari datang pagi ini, dan menghilang sore
nanti..
Usia kita terus bertambah, tanpa sadar banyak hal yang begitu saja kita
lewatkan hanya untuk mengejar dunia yang sementara..
Padahal esok pada waktunya, kita semua
saat pulang ternyata hanya dibungkus kain kafan tak bersaku.. Tak ada bekal
uang yang berlaku.. Semua harta yang selama ini kita kejar habis-habisan,
ternyata semu belaka.. Pangkat, jabatan, kemewahan yang selama ini dibanggakan
akan berakhir ditimpun tanah kuburan..
Banyak orang yang mengejar label kaya
dengan menggadaikan dunianya, harga diri sudah musnah entah kemana.. Sementara,
banyak orang yang diam-diam ternyata kaya raya, dan lebih suka mencari muka
hanya pada Tuhannya..
Benar kata kawan saya Mas Arief
Budiman..
ORANG KAYA adalah orang yang selalu merasa cukup, sehingga dia terus berbagi..
ORANG MISKIN adalah orang yang selalu
merasa kurang, hingga dia terus meminta-minta...
Salam,
@Saptuari — with Bayu Widodo and Ikhsanudin.